Masjid Pathok Negoro merupakan salah satu jejak sejarah serta daya tarik wisata religi di Yogyakarta. Pada tahun 2010 yang lalu, Dinas Pariwisata setempat menjadikan Masjid Pathok Negoro sebagai salah satu cagar budaya lokal. Lantas, seperti apa daya tarik yang terdapat di Masjid Pathok Negoro?
Dilihat dari namanya saja, ada yang unik dari sebutan pathok negoro. Selain itu, disinyalir masjid yang berada di Jogja ini merupakan benteng pertahanan saat melawan penjajahan Belanda dulu. Nah, untuk mengetahui berbagai informasinya secara lengkap, simak ulasan berikut ini.
Masjid Pathok Negoro Plosokuning
Sebenarnya terdapat 4 Masjid Pathok Negoro di Daerah Istimewa Yogyakarta. Semuanya tersebar di beberapa tempat dan penyebarannya menjadi simbol tertentu karena sesuai dengan tujuan didirikannya masjid ini. Nah, Masjid Pathok Negoro Plosokuning adalah salah satunya.
Beli podium minimalis dari Jaya Madani. Dibuat secara handcrafting, memiliki presisi tinggi dan stainless steel.
Plosokuning di Kabupaten Sleman, Yogyakarta saat ini dikenal dengan kampung santri. Hal ini karena suasana kampung yang dekat dengan berbagai aktivitas religius islami dan ramai dengan pondok-pondok pesantren yang berdiri. Bahkan, wisatawan asing (bule) yang ingin mengetahui suasana kampung santri pernah menginap di kampung ini.
Masjid ini berada di Jalan Plosokuning Raya Nomor 99, Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Bangunannya didirikan sekitar tahun 1757-1758 atau setelah Perjanjian Giyanti. Yakni peristiwa sejarah terbaginya Kerajaan Mataram Islam menjadi dua wilayah, di sebelah timur Kali Opak yang berkedudukan di Surakarta dan sebelah barat Kali Opak yang berkedudukan di Yogyakarta.
Masjid berarsitektur kuno ini merupakan peninggalan Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I. Setelah Perjanjian Giyanti, Sultan Hamengku Buwono I mendapat wilayah di sebelah barat Kali Opak. Lalu mendirikan Keraton (Yogyakarta), dan benteng-bentengnya berupa masjid sebagai benteng fisik pertahanan waktu itu.
Masjid Pathok Negoro dibangun pada 1724, oleh Kyai Mursodo. Kyai Mursodo merupakan anak dari saudara Sri Sultan HB I, Kyai Nur Imam. Di internal keluarga, sebelum menetapkan diri memilih mendalami ilmu agama, Kyai Nur Imam sempat ditawari menjabat sebagai pucuk kerajaan. Akhirnya ia memilih menetap di daerah Mlangi untuk belajar agama. Kyai Nur Imam lantas memiliki anak, bernama Kyai Mursodo.
Kini, Masjid berdiri di atas lahan seluas sekitar 3.000 meter persegi. Di kanan kiri bangunan inti masjid terdapat makam, kolam dan sekolah TK. Arsitektur bangunan masjid sekitar 80 persen masih asli seperti saat didirikan ratusan tahun silam. Dilihat sekilas, arsitektur merupakan miniatur dari Masjid Gede Kauman.
Terkait sejarah pemberian nama “Plosokuning” pada masjid ini diambil secara spontan. Namanya diambil dari sebuah pohon bernama Pohon Ploso yang letaknya di sekitar masjid. Banyaknya daun pohon yang berwarna kuning menjadi inspirasi dari nama masjid itu, maka kemudian diberilah nama “Plosokuning”.
Selain itu, pemberian nama “Pathok Negoro” dikarenakan imam-imam yang diberi wewenang menjaga masjid pada waktu itu juga mempunyai tugas penting sebagai penasihat kesultanan. Oleh karena itu, waktu itu orang Jawa menyebut mereka sebagai “Pathok Negoro”. Sampai saat ini, di Masjid ini masih bertugas para abdi dalem kesultanan Yogyakarta.
Fakta Menarik Masjid Plosokuning
Khusus Masjid Pathok Negoro Plosokuning, terdapat fakta menarik tersendiri. Salah satunya adalah, ternyata Masjid Pathok Negoro Plosokuning merupakan masjid Kesultanan pertama yang berdiri dan tertua di Yogyakarta. Hal ini seperti yang terdapat di dalam salah satu sumber tulisan sejarah Yogyakarta.
Menurut catatan sejarah itu Kraton Ngayogyakarta berdiri tahun 1755, sedangkan masjid ini sudah ada sejak tahun 1724. Bahkan, mungkin saja Masjid ini merupakan masjid yang pertama kali berdiri di Yogyakarta sebelum Masjid Kauman yang ada di pusat kraton. Karena berdirinya Kraton masjid beberapa puluh tahun kemudian.
Fakta unik selanjutnya adalah pada sebutan kampung pesantren. Saat disebut sebagai kampung pesantren, sebenarnya di tempat ini tidak ada satupun bangunan pesantren. Tempat ibadahnya yaitu Masjid ini, namun yang tinggal di sini rata-rata merupakan para santri. Hal ini sebagaimana sejarah bagaimana pesantren ini didirikan.
Kyai Mursodo yang mendirikan Masjid ini pada waktu itu menolak untuk menjadi salah satu pejabat kesultanan akhirnya memilih untuk menempati sebuah kampung dan belajar agama. Nah, tempat inilah yang dipilih sebagai tempat “nyantri” bagi Kyai Mursodo. Di masa selanjutnya, siapa saja yang ingin “nyantri” pasti langsung menuju dan tinggal di kampung berdirinya Masjid Plosokuning ini.
Saat ini terdapat sedikit perbedaan karena akhirnya berdiri pula pondok-pondok pesantren di lokasi sekitar Masjid ini. Namun berdirinya banyak pesantren-pesantren ini baru sekitar 15 hingga 20 tahun yang lalu. Sehingga baru di masa setelah tahun 2000 masehi, 300 tahun setelah kampung pesantren eksis.
Hal menarik lainnya adalah situs wisata bersejarah yang dapat menjadi pemandangan khusus di Masjid ini. Terdapat pesanggrahan yang dulunya menjadi tempat menginap Sultan dan keluarganya di sekitar lokasi Masjid ini. Kata pesanggrahan sendiri merupakan sebutan yang terdapat pada dokumen sejarah peninggalan Belanda di Jogjakarta.
Itu dia berbagai informasi menarik seputar Masjid Pathok Negoro Plosokuning, Yogyakarta. Anda juga bisa mengunjunginya sendiri untuk menikmati daya tariknya apabila berkesempatan untuk berwisata di Jogja. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda.
Untuk Anda yang membutuhkan sarana berupa podium minimalis atau mimbar minimalis untuk masjid di sekitar tempat tinggal atau komunitas Anda, silahkan lihat harga podium minimalis di halaman ini. Simak terus berbagai informasi menarik lainnya yang terdapat di website ini.
Beli podium minimalis dari Podiumminimalis.com. Kami merupakan anak perusahaan Jaya Madani yang fokus pada sektor produk podium dan mimbar minimalis. Klik disini untuk konsultasi dengan admin kami sekarang juga.