Masjid Nabawi adalah salah satu bangunan penting bagi umat muslim bahkan menjadi salah satu tempat suci yang sering dikunjungi umat muslim. Bukan hanya mimbar Nabi SAW saja yang menjadi monumen bersejarah, namun sejarah Masjid Nabawi secara keseluruhan juga monumental bagi peradaban Islam di dunia.
Banyak hal yang spesial dari Masjid Nabawi, misalnya pahala mengerjakan shalat di Masjid Nabawi yang 1.000 kali lipat, keberadaan tempat yang disebut “taman surga” serta berbagai hal lainnya. Nah, lantas bagaimana keberadaan Masjid Nabawi kini? Mari kita simak mulai dari sejarah Masjid Nabawi hingga keadaannya kini.
Sejarah Masjid Nabawi
Sejarah Masjid Nabawi memang berawal dari pembangunan Masjid Nabawi yaitu dibangun di samping rumah Nabi Muhammad pada tahun 632, 1441 tahun lalu. Kini telah melaui berbagai perencanaan dan perluasan selama lebih dari 1.400 tahun. Karena itu keadaan awal dan tampaknya sekarang sangat berbeda jauh.
Beli podium minimalis dari Jaya Madani. Dibuat secara handcrafting, memiliki presisi tinggi dan stainless steel.
Pada saat Nabi tiba di Madinah (dahulu bernama Yatsrib) yaitu saat berhijrah, Nabi membeli lahan seharga 10 Dinar, yang dipakai untuk mengeringkan kurma, dari dua orang yatim yaitu Sahl and Suhail. Lahan itu merupakan tempat pertama unta Nabi Muhammad berhenti di Madinah yang menjadi simbol tempat Nabi SAW tinggal dan akhirnya membangun masjid.
Area yang hendak dibangun Masjid Nabawi saat itu terdapat bangunan yang dimiliki oleh Bani Najjar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bani Najjar, “Wahai Bani Najjar, berilah harga bangunan kalian ini?” Orang-orang Bani Najjar menjawab, “Tidak, demi Allah. Kami tidak akan meminta harga untuk bangunan ini kecuali hanya kepada Allah.”
Bani Najjar dengan suka rela mewakafkan bangunan dan tanah mereka untuk pembangunan Masjid Nabawi dan mereka berharap pahala dari sisi Allah atas amalan mereka tersebut. Anas bin Malik menuturkan, “Saat itu di area pembangunan terdapat kuburan orang-orang musyrik, puing-puing bangunan, dan pohon kurma. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memindahkan mayat di makam tersebut, meratakan puing-puing, dan menebang pohon kurma.”
Nabi ikut serta secara langsung dalam pembangunan masjid, membuat dinding lumpur di atas fondasi batu. Pelepah kurma digunakan untuk menutup sebagian atap. Awalnya masjid itu memiliki tiga pintu dan menghadap Masjid Al-Aqsa — kiblat pertama — sebelum diubah menghadap Kabah di Mekkah.
Di bagian belakang masjid ada tempat yang teduh untuk menampung orang miskin dan orang asing, namanya “Al-saffa”. Ketika para sahabat meminta Nabi untuk memperkuat atap dengan lumpur, beliau menolak. Lantai masjid tidak ditutupi dengan apa pun hingga tiga tahun kemudian.
Lokasi rumah Nabi awalnya berada di samping masjid dan di sanalah Nabi wafat dan dimakamkan – di ruang Aisyah. Abu Bakar memberi tahu, Nabi pernah bersabda bahwa para nabi dimakamkan di tempat di mana Allah mencabut nyawa mereka. Maka, Nabi pun dimakamkan di kamar yang menjadi ruang bagi istrinya, Aisyah.
Perluasan masjid selama berabad-abad membuat kamar, makam dan bangunan di samping masjid kini menjadi bagian dari masjid. Kubah Hijau yang terkenal kini terletak di dalam kamar ini. Bersama makam Rasulullah SAW, terdapat disebelahnya makam sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab R A.
Pada tahun 7 H, jumlah umat Islam semakin banyak, dan masjid menjadi penuh, Nabi pun mengambil kebijakan memperluas Masjid Nabawi. Beliau tambahkan masing-masing 20 hasta untuk panjang dan lebar masjid. Utsman bin Affan adalah orang yang menanggung biaya pembebasan tanah untuk perluasan masjid saat itu. Peristiwa ini terjadi sepulangnya beliau dari Perang Khaibar.
Mimbar Nabi, tempat Nabi Muhammad menyampaikan khotbah, merupakan salah satu tempat paling dianggap berharga di Masjid Nabawi. Mimbar pertama di masijd dibuat dari kayu kurma dan punya tiga anak tangga. Mimbar Nabi hancur ketika terjadi kebakaran pada 886 H. Kemudian mimbar dibuat dengan bata, lalu pada Sultan Qaitbay dari dinasti Mamluk mengirimkan marmer putih untuk menggantinya.
Masjid Nabawi punya beberapa mihrab, tempat imam memimpin salat. Yang pertama adalah mihrab asli atau Mihrab Nabawi yang digunakan oleh Nabi Muhammad saat masjid ini masih dalam keadaan aslinya. Letaknya dekat dengan mimbar Nabi, dan kini dekat dengan Al Raudah dan Mukabbariyya, tempat mengumandangkan azan.
Mihrab kedua adalah Mihrab Usmani, yang masih digunakan sekarang. Mihrab ini dibangun saat perluasan masjid pada era khalifah Usman, terakhir kalinya dilakukan perluasan ke arah utara masjid.
Mihrab ketiga, menurut Dr. Akhter, disebut sebagai Mihrab Suleymaniyah atau Mihrab Ahnaf, yang dibuat atas perintah Sultan Sulaiman. Imam dari mazhab Hanafi memimpin salat dari mihrab ini, sementara imam dari mazhab Maliki memimpin dari Mihrab Nabawi.
Al Raudah ini adalah taman yang terletak di antara mimbar dan rumah Nabi Muhammad. Nabi pernah bersabda — dicatat di Shahih Bukhari — diriwayatkan oleh Abu Hurairah “Antara rumahku dan mimbar, ada potongan taman dari Surga”. Al Raudah terbuka bagi pengunjung dengan waktu terpisah untuk kunjungan laki-laki dan perempuan. Biasanya pengunjung melakukan salat sunah di sana, sebelum mengucapkan salam ke arah makam Nabi.
Masjid Nabawi Kini
Berdasarkan sejarah Masjid Nabawi, masjid ini memang mengalami perluasan-perluasan karena memang berfungsi untuk menampung jamaah shalat. Sejak masa Nabi SAW masih hidup masjid ini sudah mengalami perluasan yang pertama yaitu pada tahun ke-7 setelah hijrah.
Perluasan selanjutnya dilakukan di era khalifah Umar, dengan membeli lahan di kawasan barat, selatan dan utara masjid. Penerus Umar, Usman, juga melakukan perluasan masjid setelah melakukan konsultasi dengan para sahabat pada 29 H atau pada tahun 650.
Perluasan terus dilakukan di era kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah yang membuat luas masjid bertambah menjadi 8.890 meter persegi dengan 60 jendela dan 24 pintu. Di era Usmani, juga dilakukan renovasi dan perluasan.
Pada era Saudi, Raja Abdulazeez Al-saud pada 1950 memerluas masjid menjadi 16.327 meter persegi, dengan 706 tiang dan 170 kubah. Terus bertambahnya pengunjung mendorong Raja Faisal pada 1973 mengalokasikan area seluas 35.000 meter persegi di barat masjid untuk mendukung kegiatan di masjid tersebut. Perluasan terbesar dilakukan pada 2012 atas perintah mendiang Raja Abdullah agar masjid bisa menampung sekitar dua juta jemaah.
Menteri Keuangan Arab Saudi, Ibrahim Al-Assaf, menyatakan gabungan luas masjid dan plaza nantinya 1.020.500 meter persegi, dengan rincian kapasitas masjid dan plaza masing-masing satu juta dan 800.000 jemaah.
Menurut juru bicara Badan Pengelola Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Sheikh Abdulwahed Al-hattab, Raja Abdullah memerintahkan pemasangan 250 payung besar yang melindungi area seluas 143.000 meter persegi. Kanopi otomatis ini melindungi jemaah dari terpaan matahari dan hujan. Menurut Sheikh Hattab, ada 3.200 pekerja yang membersihkan masjid itu.
Nah itu dia berbagai informasi seputar sejarah masjid nabawi dan kondisi terkini dari Masjid Nabi SAW ini. Semoga ulasan ini bisa menjadi informasi bermanfaat terutama untuk semakin menambah kedekatan kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Simak terus berbagai informasi menarik lainnya di halaman podium minimalis.
Beli podium minimalis dari Podiumminimalis.com. Kami merupakan anak perusahaan Jaya Madani yang fokus pada sektor produk podium dan mimbar minimalis. Klik disini untuk konsultasi dengan admin kami sekarang juga.