Sejarah Masjid Agung Demak tidak terlepas dari sejarah bermulanya Islam di tanah Jawa. Sebagaimana diketahui, dulunya tanah Jawa di dominasi dengan agama Hindu (kerajaan Majapahit) dan kemudian digantikan dengan berdirinya kerajaan Islam. Nah, di sinilah sejarah Masjid Agung Demak juga ikut mengambil bagian.
Masjid merupakan bangunan yang didalamnya pasti terdapat mimbar atau podium. Mimbar atau podium di masjid selalu digunakan terutama saat berkhutbah di hari Jumat. Nah, masjid-masjid besar di Indonesia memiliki mimbar masing-masing yang berciri khas. Namun masjid-masjid baru biasanya menggunakan mimbar minimalis.
Sejarah Masjid Agung Demak
Kerajaan Demak dipercaya sebagai awal mula munculnya kerajaan Jawa lainnya salah satunya Mataram. Nah, sejarah Masjid Agung Demak menjadi bagian bagaimana penyebaran Islam di tanah Jawa hingga nantinya terdapat Mataram yang merupakan cikal bakal Yogyakarta yang kita kenal saat ini. Bagaimana sejarah Masjid Agung Demak?
Beli podium minimalis dari Jaya Madani. Dibuat secara handcrafting, memiliki presisi tinggi dan stainless steel.
Masjid Agung Demak didirikan oleh Raden Patah sekitar abad ke-15 Masehi. Kerajaan Demak yang dipercaya sebagai penerus Kerajaan Majapahit di nusantara yang sudah melemah memiliki ciri khas beragama Islam. Karenanya, keberadaan masjid menjadi salah satu jejak sejarahnya.
Raden Patah sendiri merupakan Sultan yang pertama dari Kerajaan Demak. Beliau adalah seorang anak dari raja terakhir Majapahit bernama Brawijaya dengan seorang selir yang berketurunan Tionghoa. Karenanya Raden Patah memiliki sebutan panembahan Jin Bun yang berasal dari bahasa Tioghoa yang berarti orang kuat.
Raden Patah mendirikan Masjid Agung Demak bersama Wali Songo. Sebagaimana diketahui, Wali Songo adalah Ulama yang menyebarkan Islam ke hampir seluruh tanah Jawa bahkan mungkin di sebagian wilayah Indonesia lainnya. Keberadaan masjid ini dipercaya sebagai tonggak penyebaran Islam ke seluruh tanah Jawa.
Di masjid inilah para wali (dari Wali Songo) sering berkumpul. Tentu saja bukan hanya berkumpul, namun melaksanakan ibadah sekaligus berbagai amalan termasuk dakwah. Karena itulah dihasilkan berbagai upaya penyebaran agama Islam di tanah Jawa dari Masjid Agung Demak ini. Masjid ini didirikan Raden Patah supaya semua orang bisa menganut agama Islam.
Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini pada tahun yang ditampilkan dalam bentuk gambar serupa bulus yang terdapat di depan kubah tempat pengimaman atau sekarah sering disebut mihrab. Bulus adalah hewan yang tampak seperti kura-kura namun jenisnya berbeda.
Filosofi yang diambil dari bentuk hewan bulus ini adalah kepalanya yang melambangkan angka satu, kakinya melambangkan angka empat, badannya melambangkan angka nol dan ekornya melambangkan angka satu. Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.
Lokasi Masjid Agung Demak terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Berada di tepat di alun-alun dan pusat keramaian Demak, masjid ini menjadi salah satu tempat yang ramai dikunjungi. Bahkan siapa saja yang melintasi Demak untuk melanjutkan perjalanan ke berbagai daerah pasti dapat melihat bangunan ini.
Gaya Arsitektur Masjid
Sejarah Masjid Agung Demak adalah simbol arsitektur tradisional Indonesia yang khas serta sarat makna. Bangunan ini juga dicontoh karena sederhana namun terkesan megah, anggun, indah, dan sangat berkarismatik. Atap masjid berbentuk limas yang bersusun tiga merupakan gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan.
Empat tiang utama di dalam masjid yang disebut Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh Walisongo. Masing-masing di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Apel, dan sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga. Dinamai Saka Tatal karena salah satu dari tiang utamanya berasal dari serpihan kayu.
Di Masjid ini juga terdapat “Pintu bledeg”, mengandung candra sengkala, yang dapat dibaca Naga Mulat Salira Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H. Sengkala dalam khazanah kebudayaan Jawa merupakan sandi berupa gambar yang digunakan untuk melambangkan angka tertentu seperti melambangkan tahun.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak termasuk di antaranya adalah Sultan Fattah yang merupakan raja pertama Kesultanan Demak dan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.
Mimbar Minimalis
Sebagai salah satu bagian penting yang harus ada di Masjid, mimbar merupakan kebutuhan. Terutama untuk melaksanakan agenda rutin di hari Jumat yang mewajibkan pelaksanaan khutbah di antaranya. Pelaksanaan khutbah ini di dalam Islam telah dicontohkan dimana khatib selalu berada di atas mimbar untuk menghadap seluruh jamaah yang hadir.
Namun masjid-masjid sekarang tidak semuanya semegah di masa lalu yang dapat didirikan di tanah yang luas dengan halaman yang luas pula. Karena itu, mimbar minimalis dapat menjadi solusi yang cocok. Selain itu mimbar minimalis lebih fleksibel dan dapat di kustom seperti menampilkan lambang atau ciri khas masjid. Jika Anda berminat untuk mendapatkannya, silahkah pesan dan cek harga podium minimalis.
Itu dia berbagai ulasan seputar sejarah Masjid Agung Demak yang menarik dan informatif. Selain mengenal asal mula kerajaan Islam di Indonesia, kita juga dapat mengetahui berbagai hal menarik yang menjadi ciri khas di masa lampau. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda.
Simak terus artikel-artikel lainnya di halaman podiumminimalis.com. Jika terdapat pertanyaan, saran dan kritik, berikan di kolom komentar. Terima kasih.
Beli podium minimalis dari Podiumminimalis.com. Kami merupakan anak perusahaan Jaya Madani yang fokus pada sektor produk podium dan mimbar minimalis. Klik disini untuk konsultasi dengan admin kami sekarang juga.