Salah satu jenis hadits maudhu yang sangat terkenal di kalangan umat Muslim yaitu Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu. Hadits ini juga sering diartikan sebagai siapa yang mengenal dirinya, maka berarti telah mengenal Tuhannya.
Akan tetapi, pendapat para ulama maupun para pakar hadits mengatakan bahwa hadits tersebut bukan merupakan hadits yang diriwayatkan oleh Nabi ﷺ. Melainkan, hanya perkataan dari salah satu tokoh kaum Sufi yang sering disalahartikan sebagai hadits shahih.
Arti Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu
Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu apakah hadits ini shahih sering menjadi pertanyaan besar. Hal ini karena dalam beberapa sumber bacaan, tidak menyertakan pembahasan yang lengkap mengenai hadits tersebut. Dalam tulisan Arab, hadits ini dapat dituliskan seperti di bawah ini:
Beli podium minimalis dari Jaya Madani. Dibuat secara handcrafting, memiliki presisi tinggi dan stainless steel.
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
Yang artinya “Siapa saja yang telah mengenal dirinya, maka sungguh dia telah mengenal Tuhannya.”
Arti Mengenal Diri Kita Sendiri yang Sebenarnya
Hadits barang siapa yang mengenal dirinya atau awalan dari arti hadits ini menyatakan mengenai makna mengenal diri kita sendiri yang sebenarnya.
Diri kita sendiri sering disalah artikan sebagai jasad atau tubuh manusia, yang digunakan untuk berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain. Padahal, hal tersebut adalah terbentuk dari pemikiran, lingkungan dan didikan keluarga.
Yang dimaksud dengan mengenal diri kita sendiri di sini, bukan kesatuan badan yang dapat dibedah dengan ilmu kedokteran maupun menurut teori psikolog. Akan tetapi, yang dimaksud yaitu diri pada manusia yang dikatakan sebagai “nafs” atau disebut juga sebagai jiwa.
Nafs-lah (jamak: anfus, jiwa-jiwa) yang dipanggil dan disumpah Allah Ta’ala untuk mempersaksikan atau menyatakan bahwa Allah adalah Rabb-nya. Dan tidak ada Tuhan selain Allah.
Sanad Hadits Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu
Karena tidak mempunyai asal atau sumber yang jelas, maka hadits yang satu ini dikatakan tidak ada sanadnya.
Hal ini juga sesuai dengan penjelasan dari Persatuan Ulama Suriah ”Rabithah al-Ulama’ as-Suriyiin”, yang menerangkan mengenai asal asul hadits Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu. Dengan mengeluarkan pendapat sebagai berikut:
لا أصل له، وإنما هو من كلام بعض الصوفيَّة، وفي (الدرر المنتثرة) ص 207 نقلاً عن النووي: أنه غير ثابت، وأن ابن السمعاني قال: هو من كلام يحيى بن معاذ اهـ. وفي (الفتاوى الحديثية) ص 206: لا أصل له. اه
“Laa Ashla lahu” – Tidak ada asalnya (sumbernya). Hadits tersebut hanyalah ucapan sebagian orang Shufi. Di dalam kitab al-Durar al-Muntatsirah Fi al-Ahadits al-Musytahirah halaman 201, dinukil dari An-Nawawi, beliau berkata:
”Hadits tersebut tidak tsabit (tidak memenuhi syarat-syarat sebagai hadits yang bisa diterima sebagai hujah, pent). Dan bahwa Ibnu As-Sam’ani berkata,”Hadits tersebut merupakan perkataan dari Yahya bin Mu’adz.” Sekian.
Sedangkan, di dalam Al-Fatawa Al-Haditsiyyah halaman 2006 disebutkan: Laa ashla lahu (Tidak ada asalnya (sumbernya).[i]
Apabila seorang ahli hadits menyatakan لا أَصْلَ له – Laa Ashla lahu- terhadap suatu hadits yang berkaitan. Maka, berarti tokoh/pakar hadits tersebut mensifati hadits yang sedang dibahas sebagai jenis hadits yang tidak mempunyai isnad (mata rantai sanad) sama sekali.[ii]
Status Tentang Hadits Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu yang Sebenarnya
Di bawah ini beberapa penjelasan para ulama pakar hadist mengenai status hadits tersebut. Kedudukan hadits ini penting untuk diluruskan karena banyak umat muslim yang mempertanyakan tentang Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu apakah hadits ini shahih atau tidak.
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
Man ‘arofa nafsahu faqad ‘arofa rabbahu
“Siapa saja yang telah mengenal dirinya, maka sungguh dia telah mengenal Tuhannya.”
1. Pendapat Imam As-Suyuthi
Di dalam kitab Al-Hawi lil Fatawa (2/288) Imam As-Suyuthi memberikan riwayat penjelasan tentang status hadits ini yaitu:
إن هذا الحديث ليس بصحيح
“Hadits ini tidak shahih.”
2. Penjelasan Syaikh Al-Albani
Selanjutnya, di dalam silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah (1/165) no. 66) Syaikh Al-Albani mengatakan dengan jelas mengenai kedudukan status hadits ini:
لا أصل له
“Tidak ada asalnya (sumbernya).
3. Pendapat Syaikh Al-Albani Menukil
Syaikh Al-Albani menukil dari Al-Qari, yang diriwayatkan di dalam kitab Al-Maudhu’at-nya, pada halaman 83 dari Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa hadits ini termaSuk jenis hadits maudhu’.
4. Pendapat Al-Allamah Al-Fairuz Abadi
Pendapat berikutnya, datang dari penulis Al-Qamus di dalam Ar-Raddu ‘alal Mu’taridhina ‘ala Asy-Syaikh Ibni ‘Arabi” (huruf qaf 2/37). Penulis ini menyatakan bahwa: ”Ini bukan hadits nabawi meskipun ada banyak orang yang menganggapnya sebagai hadits dari riwayat Nabi ﷺ .
Bahwa pendapat tersebut, sama sekali tidak benar dan hadits ini hanya sebatas riwayat Israiliyat yang menyatakan:
يا إنسان اعرف نفسك تعرف ربك
Artinya: “Hai manusia! Kenalilah dirimu niscaya kamu akan mengenal Tuhanmu.”[iii]
5. Lembaga Markaz Al Fatwa Qatar
Berada di bawah bimbingan Syaikh Dr. Abdullah Al-Faqih, lembaga Markaz Al Fatwa Qatar mengungkapan penjelasan mengenai status hadits ini dengan mengatakan:
إن هذا الحديث ليس بصحيح ، وقد سئل عنه النووي في فتاويه فقال : إنه ليس بثابت ، وقال ابن تيمية : موضوع
وقال الزركشي في الأحاديث المشتهرة : ذكر ابن السمعاني : إنه من كلام يحيى بن معاذ الرازي ,.
”Sesungguhnya hadits ini tidak shahih. An-Nawawi pernah ditanya tentang hadits ini di dalam kitab Fatawa-nya mengatakan,”Hadits ini tidak tsabit (tidak memenuhi syarat-syarat hadits yang bisa diterima sebagai hujah, pent).
6. Pendapat Az-Zarkasyi
Pendapat terakhir Az-Zarkasyi yang menjelaskan tentang kedudukan status hadits ini di dalam Al-Ahadits Al-Musytaharah. Berkata ”Ibnu As-Sam’ani menyebutkan bahwa hadits ini merupakan ucapan Yahya bin Mu’adz Ar-Razi.”[iv]
Alasan Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu Adalah Hadits Palsu
Seperti yang sudah diriwayatkan oleh para pakar hadits di atas bahwa Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu adalah hadits maudhu. Dimana tidak ada asal yang jelas atau sumbernya. Hal ini menjadi alasan kuat hadits tersebut dikatakan sebagai hadits palsu.
Jika kondisinya seorang ahli Hafizh besar dimana hafalan mengenai hadits terbilang sangat sempurna dan mencakup keseluruhan hadits yang ada. Misalnya yang dimaksud Imam Ahmad, Ali bin Al Madini, Yahya bin Ma’in serta orang-orang yang datang sesudah tokoh tersebut.
Yang dimaksud orang-orang sesudah tokoh yaitu di antaranya: Al-Bukhari, Abu Hatim, Abu Zur’ah dan orang-orang setelahnya seperti An-Nasa’i kemudian Ad-Daruquthni. Diantara para ahli hadits tersebut telah menyatakan pendapat tentang sebuah hadits dengan mengatakan semisal:
لَا أَعْرِفُهُ, artinya:“Aku tidak mengenalnya.” Dan atau لَا أَصْلَ لَهُ yang artinya:“Hadits ini tidak ada sumbernya.”
Maka, hal itu sudah dinilai cukup untuk memberikan kesimpulan atau menghukumi hadits yang dimaksud sebagai hadits yang bersifat maudhu’ (palsu).
[Lihat: An-Nukat ‘ala kitaabi Ibni Shalah (2/75); Tanzihusy Syari’ah Al-Marfu’ah ‘anil Akhbar Asy-Syani’ah Al-Maudhu’ah (1/17-18); Al-Wadh’ fil hadits (1/117-119); Majmu’ Al-Fatawa (21/594), (4/339); An-Nukat Al-wafiyah bima fi syarhil Alfiyah (1/568); Fathul Mughtits bisyarhi Alfiyatil hadits (1/316); Tadribur Rawi fi syarhi taqribin nawawi (1/350)] [v] Wallahu a’lam.
Sebagai umat Muslim yang cerdas, sebaiknya Anda selalu memastikan kebenaran maupun kedudukan status sebuah hadits sebelum mempercayainya. Terlebih lagi, Islam mengajarkan agar selalu cermat, teliti dan bersungguh-sungguh dalam mempelajari setiap ajaran yang dicontohkan oleh Nabi SAW.
Itulah pembahasan lengkap mengenai hadits Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu. Saat mempelajari hadits, kini Anda harus mulai mencari tahu lebih jauh mengenai status dari hadits tersebut. Tujuannya adalah supaya tidak terjadi kesalahan.
Beli podium minimalis dari Podiumminimalis.com. Kami merupakan anak perusahaan Jaya Madani yang fokus pada sektor produk podium dan mimbar minimalis. Klik disini untuk konsultasi dengan admin kami sekarang juga.