Selain Al-Quran, hadits merupakan salah satu pedoman hidup bagi umat beragama Islam. Terdapat beragam jenis hadits yang bisa dipelajari lebih dalam. Salah satu jenis hadits yang harus dipelajari adalah Hadits Fi’liyah.
Memangnya, apa yang dimaksud dengan Hadits Fi’liyah? Bagaimana ciri-ciri atau karakteristik dari jenis hadits tersebut? Seperti apa contohnya? Di sini akan diberikan penjelasan lebih lengkap untuk Anda mengenai berbagai informasi seputar hadits ini dan contohnya!
Pengertian dan Definisi
Apa yang dimaksud dengan istilah Fi’iliyah? Secara bahasa, istilah tersebut memiliki arti perbuatan, sikap, atau perilaku. Oleh karena itu, pengertian Hadits Fi’liyah dapat diartikan sebagai jenis hadits yang berdasarkan kepada perbuatan, perilaku, atau sikap yang dilakukan oleh Rasulullah.
Beli podium minimalis dari Jaya Madani. Dibuat secara handcrafting, memiliki presisi tinggi dan stainless steel.
Artinya, hadits tersebut dapat dikatakan sebagai cerminan amalan-amalan yang telah dilakukan Rasulullah. Perbuatan, tindakan, perilaku, dan sikap yang dilakukan oleh Rasullulah tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah pedoman hidup umat muslim.
Pengertian seperti ini juga dikemukakan oleh Dr Nawir Yuslem MA berdasarkan ilmu hadits. Beliau mengatakan bahwa Fi’liyah merupakan jenis hadits berisi seluruh perbuatan yang dilakukan oleh Rasulullah.
Perbuatan yang dimaksud memiliki sifat dapat dijadikan contoh dan teladan dalam penetapan suatu hukum syara’ atau pelaksanaan ibadah. Misalnya, hukum atau tata cara dalam melaksanakan ibadah shalat, haji, dan lain sebagainya.
Pada umumnya, jenis hadits yang satu ini berasal dari sahabat-sahabat atau orang terdekat Rasulullah. Mereka menyaksikan sendiri secara langsung perilaku-perilaku yang dikerjakan oleh Rasulullah, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan perbuatan tertentu termasuk ibadah.
Ciri-Ciri atau Karakteristik
Jenis hadits dalam ajaran agama Islam memang beragam, tetapi antara satu jenis dengan jenis lainnya tetap dapat dibedakan. Hal ini karena masing-masing hadits memiliki ciri khas atau karakteristik yang berbeda-beda. Lalu, bagaimana ciri atau karakteristik dari hadits dengan jenis Fi’liyah?
Berikut ini karakteristik atau ciri-ciri Hadits Fi’liyah yang perlu Anda ketahui agar lebih mengenali dan memahaminya, yaitu:
1. Menggunakan Ungkapan Awalan Berupa Lafadz Ra-Aitu
Apa ciri-ciri hadits dengan jenis Fi’liyah? Ciri pertama jenis hadits ini adalah menggunakan lafadz ra-aitu pada awalan atau depan hadits yang ingin diungkapkan. Awalan tersebut memiliki arti “Aku Melihat ….”.
Contoh penggunaannya, yaitu “Aku Melihat Nabi/Rasul …”. Kemudian awalan tersebut harus diikuti dengan kalimat penjelasan tentang apa yang dikerjakan atau dilakukan oleh Rasulullah.
2. Menggunakan Ungkapan Awalan Berupa Anna Rasulullah Kana
Selain menggunakan awalan Lafadz Ra-Aitu, ciri lainnya dari hadits ini adalah diawali dengan kalimat atau ungkapan Anna Rasulullah Kana. Ungkapan tersebut memiliki maksud atau arti bahwa “Sesungguhnya Rasulullah…”.
Bagaimana contoh penggunaannya? Contoh penggunaannya, yaitu “Sesungguhnya Rasulullah….” Kemudian ungkapan awalan tersebut harus diikuti atau disertai dengan kalimat penjelas tentang perilaku atau perbuatan yang dikerjakan oleh Rasulullah.
Beberapa Contoh dari Hadits Fi’liyah
Setelah mempelajari pengertian dan ciri-ciri tentang hadits jenis Fi’liyah, Anda juga harus mempelajari contoh-contohnya. Memangnya, seperti apa hadits yang termasuk Fi’liyah? Beberapa contoh hadist di bawah ini dapat digunakan untuk lebih memahami hadits dengan jenis Fi’liyah, yaitu:
1. Contoh Hadits Singkat dan Pendek
Terdapat hadits pendek dan singkat yang termasuk jenis Fi’ilyah. Berikut ini isi dari hadits pendek dan singkat tersebut, yaitu:
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
رَأَيْتُ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَرْمِي علَى رَاحِلَتِهِ يَومَ النَّحْرِ، ويقولُ: لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ، فإنِّي لا أَدْرِي لَعَلِّي لا أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتي هذِه.
”Aku melihat Rasulullah SAW melemparkan jumrahnya pada hari Nahr (hari raya Idul Adha) dan bersabda, ”Hendaklah kalian pelajari manasik kalian dariku karena aku tidak tahu bisa jadi aku tidak akan bisa melaksanakan haji setelah hajiku ini.” [Hadits shahih di dalam Shahih Muslim no. 1297]
Berdasarkan hadits tersebut, Rasulullah memberikan perintah kepada para sahabatnya untuk mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan haji atau manasik haji secara langsung dari beliau. Semua yang dipelajari harus dihafalkan, diamalkan, dan diajarkan ke semua umat manusia.
Selain itu, hadist tersebut juga menyatakan bahwa Rasulullah juga memberikan isyarat bahwa beliau akan meninggal atau berpisah dengan para sahabatnya.
2. Contoh Hadist tentang Sholat
Selain contoh sebelumnya, terdapat juga hadist yang memiliki sifat Fi’liyah tentang sholat. Bagaimana hadits tersebut? Berikut ini contoh hadist yang membahas tentang sholat, yaitu:
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
أنَّ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ كانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ، وإذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ، وإذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ، رَفَعَهُما كَذلكَ أَيْضًا، وقالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَن حَمِدَهُ، رَبَّنَا ولَكَ الحَمْدُ، وكانَ لا يَفْعَلُ ذلكَ في السُّجُودِ.
Bahwa Rasulullah SAW mengangkat tangannya sejajar dengan pundaknya ketika memulai shalat, ketika takbir untuk rukuk dan ketika bangkit dari ruku Rasulullah SAW juga mengangkat kedua tangannya dengan mengucapkan:
‘SAMI’ALLOOHU LIMAN HAMIDAH ROBBANAA WA LAKAL HAMDU (Allah mendengar siapa saja yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, milik Engkaulah segala pujian) ‘. Beliau tidak melakukan seperti itu ketika akan sujud.” [Hadits shahih di dalam Shahih Al-Bukhari no. 735].
Hadits yang satu ini dikemukakan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma. Melalui hadist tersebut, beliau menjelaskan tentang waktu atau sikap Rasulullah mengangkat kedua tangannya ketika sedang sholat.
3. Contoh Hadits Fi’liyah
Contoh lainnya hadist yang membahas tentang sholat, yaitu:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ
Imam At-Tirmidzi berkata, ”Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan Ibnu Abu Umar keduanya berkata, ”Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Az Zuhri dari Salim dari ayahnya ia berkata,
”Aku melihat Rasulullah SAW ketika membuka shalat mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya. Beliau juga mengangkat tangan ketika rukuk dan mengangkat kepalanya dari rukuk.” [At-Tirmidzi no. 237].
Contoh hadist yang satu ini juga menerangkan tentang tindakan atau waktu Rasulullah mengangkat kedua tangannya ketika melaksanakan sholat.
4. Contoh Hadist tentang Wudhu
Selain tentang sholat, ada juga hadits lainnya yang menerangkan tentang wudhu. Berikut ini contoh dari Hadits Fi’liyah yang membahas tentang wudhu sebelum sholat, yaitu:
عن حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رضي الله عنه دَعَا بوَضُوءٍ. فَتَوَضَّأَ. فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ. ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذلِكَ. ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ. ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذٰلِكَ. ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللّهِ صلى الله عليه وسلم تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هذَا. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم: “مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هذَا، ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ، لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Humran pembantu Utsman menceritakan bahwa Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu pernah meminta air untuk wudhu kemudian dia berwudhu.
Beliau membasuh kedua telapak tangannya 3 kali, kemudian berkumur-kumur diiringi memasukkan air ke hidung, kemudian membasuh mukanya 3 kali, kemudian membasuh tangan kanan sampai ke siku tiga kali, kemudian mencuci tangan yang kiri seperti itu juga.
Kemudian mengusap kepala, kemudian membasuh kaki kanan sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki yang kiri seperti itu juga.
Kemudian Utsman berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian beliau bersabda, ”Siapa saja berwudhu seperti wudhuku ini kemudian dia shalat dua rakaat dan melaksanakan shalat tersebut dengan khusyu’ (dia tidak memikirkan urusan dunia dan yang tidak berhubungan dengan shalat), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
[Hadits riwayat An-Nasa’i di dalam Shahih An-Nasa’i no. 116]
Melalui hadits tersebut dikemukakan penjelasan tentang keutamaan melaksanakan wudhu dan sholat yang harus dilakukan secara ikhlas dan tidak boleh mengandung riya.
Selain itu, hadist tersebut juga memberikan pelajaran bahwa pengajaran menggunakan perbuatan lebih besar manfaatnya daripada pengajaran yang dilakukan hanya menggunakan perkataan.
5. Contoh Hadits Tentang Tata Cara Sholat Jenazah
Tata cara untuk melakukan sholat jenazah juga pernah disampaikan dalam hadist yang memiliki jenis fi’liyah. Bagaimana contohnya? Berikut ini contoh dari hadist tersebut, yaitu:
Dari Nafi’ Abi Ghalib, ia berkata,
كنتُ في سِكَّةِ المِربَدِ فمرَّتْ جنازَةٌ معها ناسٌ كثيرٌ قالوا جنازَةُ عبدِ اللَّهِ بنِ عُمَيرٍ فتَبِعتُها فإذا أنا برَجُلٍ عليه كساءٌ رقيقٌ على بُريْذِينتِهِ وعلى رأسِهِ خِرقةٌ تقيهِ من الشَّمسِ فقلتُ مَن هذا الدِّهقانُ قالوا هذا أنَسُ بنُ مالكٍ فلمَّا وُضِعتِ الجنازَةُ قام أنَسٌ فصلَّى عليها وأنا خلفَهُ لا يحولُ بَيني وبينَهُ شيءٌ فقامَ عندَ رأسِهِ فكبَّرَ أربعَ تكبيرَاتٍ لم يُطِلْ ولَم يُسرِعْ ثُمَّ ذهبَ يقعُدُ فقالوا يا أبا حمزَةَ المرأةُ الأنصارِيَّةُ فقرَّبوها وعليها نَعشٌ أخضَرُ فقام عندَ عَجيزَتِها فصلَّى عليها نحوَ صلاتِهِ على الرَّجُلِ ثُمَّ جلَسَ فقال العَلاءُ بنُ زيادٍ يا أبا حمزَةَ هكذا كانَ يفعَلُ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ يُصلِّي على الجِنازَةِ كصلاتِكَ يكبِّرُ عليها أربعًا ويقومُ عندَ رأسِ الرَّجُلُ وعَجيزَةِ المرأَةِ قال نعَم
”Aku berada di lorong tempat penambatan unta. Kemudian lewatlah jenazah yang diiringi oleh banyak orang. Mereka bilang bahwa ini Abdullah bin ‘Umair. Lantas aku mengikutinya.
Tiba-tiba aku melihat seorang pria dengan jubah tipis berada di atas kuda pembawa beban. Di kepalanya terdapat sepotong kain yang melindunginya dari terik matahari. Aku bertanya, ”Siapa tokoh ini?” Dia Anas bin Malik.
Ketika jenazah itu diletakkan, Anas bin Malik berdiri lalu menshalatkan jenazah tersebut. Aku berada di belakangnya tanpa ada penghalang sama sekali.
Anas bin Malik berdiri pada sisi kepalanya kemudian bertakbir sebanyak empat kali. Tidak lama, juga tidak cepat. Kemudian dia bergeser ke tempat lain dan duduk. Orang-orang berkata, ”Wahai Abu Hamzah ada jenazah wanita dari Anshar.”
Kemudian mereka mendekatkan jenazah tersebut yang berada di atas keranda hijau. lalu Anas bin Malik berdiri di bagian tengah jenazah wanita tersebut dan melaksanakan shalat sebagaimana shalatnya terhadap jenazah pria kemudian duduk.
Al-‘Ala’ bin Ziyad berkata, ”Wahai Abu Hamzah, demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW , menshalatkan jenazah sebagaimana shalatmu. Bertakbir pada shalat jenazah empat kali, berdiri di sisi kepala lelaki dan di sisi tengah perempuan?” Anas bin Malik menjawab, ”Ya.”
Di dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang petunjuk Nabi SAW dalam shalat jenazah dan penjelasan tempat berdirinya pada jenazah laki – laki dan jenazah perempuan.
[Hadits riwayat Abu Dawud dan dinyatakan sebagai hadits shahih oleh Al-Albani di dalam Shahih Abi Dawud no. 3194].
6. Contoh Hadits Tentang Puasa
Puasa yang menjadi salah satu bentuk ibadah juga pernah dibahas dalam suatu hadist. Seperti apa hadist tersebut? Berikut ini contoh lainnya hadits dengan jenis Fi’liyah yang membahas tentang puasa, yaitu:
Dari Aisyah R.A berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no.1156).
Melalui hadist tersebut dijelaskan tentang tindakan atau sikap ketika Rasulallah menjalankan ibadah puasa setiap tahunya, baik itu puasa wajib di bulan Ramadhan maupun puasa sunnah ketika bulan Sya’ban.
Hadits Fi’liyah merupakan jenis hadits yang menunjukkan perilaku atau tindakan Rasulullah. Tindakan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam melakukan ibadah atau kegiatan lainnya. Anda bisa mempelajari lebih dalam tentang Fi’liyah dengan mempelajari contoh-contohnya.
Beli podium minimalis dari Podiumminimalis.com. Kami merupakan anak perusahaan Jaya Madani yang fokus pada sektor produk podium dan mimbar minimalis. Klik disini untuk konsultasi dengan admin kami sekarang juga.