Di dalam ajaran agama Islam, banyak terdapat berbagai macam jenis hadits. Salah satu contoh hadits yang dipelajari adalah Hadits Dhaif. Contoh Hadits Dhaif dapat ditemukan untuk dimengerti dan dipelajari agar semakin mudah memahaminya.
Memangnya, apa yang dimaksud dengan Hadits Dhaif? Apa saja tingkatan hadits tersebut? Bagaimana hukum-hukum yang mengaturnya? Seperti apa contoh Hadits Dhaif yang terkenal? Artikel ini akan membahas informasi lengkap tentang Hadits Dhaif beserta dengan contohnya!
Pengertian dan Definisi Hadits Dhaif
Apa arti kata Dhaif? Istilah Dhaif sebenarnya memiliki arti lemah, rubuh, tidak bersemangat, tidak berdaya, atau lesu. Istilah ini memiliki lawan kata atau anonim dari istilah Qowiyy yang memiliki arti kuasa, keras, kuat, kokoh, sempurna, perkasa, potensial, dan lainnya.
Beli podium minimalis dari Jaya Madani. Dibuat secara handcrafting, memiliki presisi tinggi dan stainless steel.
Secara sederhana, pengertian Hadits Dhaif adalah salah satu jenis hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hasan.
Hadits Dhaif berasal dari Rasulullah, tetapi hadits tersebut tidak memiliki kredibilitas yang kuat. Artinya, jenis hadits yang satu ini memiliki silsilah sanad yang terputus.
Hadits Dhaif tidak sama dengan hadits palsu. Hal ini karena hadits palsu merupakan jenis hadits yang memiliki informasi mengatasnamakan Rasulullah, tetapi sebenarnya hadits tersebut bukanlah berasal dari perkataan Rasulullah.
Tingkatan-Tingkatan Hadits Dhaif
Hadits Dhaif memiliki beberapa tingkatan berdasarkan tingkat kelemahan yang dimilikinya. Syaik Manna’ Al-Qathan menyebutkan bahwa tingkatan Hadits Dha’if dikelompokkan berdasarkan tingkatan kelemahan para perawinya dan juga kesamarannya.
Apa saja tingkatan dari jenis hadits yang satu ini? Berikut ini tingkatan-tingkatan yang dimiliki oleh Hadits Dhaif, yaitu:
1. Dha’if
Dha’if merupakan tingkatan Hadits Dhaif yang memiliki sifat lemah.
2. Dha’if Jiddan
Dha’if Jiddan merupakan salah satu tingkatan dari Hadits Dhaif yang memiliki sifat sangat lemah.
3. Al-Wahi
Al-Wahi merupakan tingkatan Hadits Dhaif yang dikemukakan oleh Syaik Manna’ Al-Qathan. Sifatnya sangat lemah di antara tingkatan Dha’if Jiddan dan Munkar.
4. Munkar
Apa yang dimaksud dengan Munkar? Munkar adalah salah satu tingkatan Hadits Dhaif yang memiliki definisi sedikit berbeda antar ulama.
Secara singkat, Munkar adalah tingkatan hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi. Perawi tersebut seringkali lupa, melakukan kesalahan, dan bahkan sering berbuat fasik secara terang-terangan. Tindakannya membuat hadits yang diriwayatkan bertentangan dengan perawi yang kredibel atau tsiqah.
5. Maudhu’
Apa yang dimaksud dengan Maudhu’? Maudhu’ termasuk tingkatan Hadits Dhaif yang memiliki sifat paling buruk atau parah kedhaifannya. Beberapa ulama bahkan menetapkannya bukan bagian dari hadits karena isinya tidak termasuk perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah.
Maudhu’ tidak boleh disebarluaskan secara asal-asalan tanpa dilengkapi dengan penjelasan dari status hadits tersebut. Penyebarluasan Maudhu’ pun harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
- Tidak berkaitan dengan perkara akidah, misalnya mengenai sifat-sifat Allah.
- Tidak boleh menjelaskan tentang berbagai hukum syara’ yang berkaitan dengan halal dan juga haram.
Beberapa Contoh Hadits Dhaif
Seperti apa Hadits Dhaif? Berikut ini beberapa contoh Hadits Dhaif dan artinya yang harus Anda ketahui agar lebih mudah memahaminya, yaitu:
1. Contoh Pertama, Contoh Hadits Dhaif Pendek
Salah satu hadits pendek yang biasa digunakan sebagai contoh adalah hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ahmad Rahimatumallah dari Darraj bin Sam’an, dari Abu Al-Hutsaim, dari Abu Sa’id Al-Khidri Radhiyallahu’anhu. Berikut ini contoh dan penjelasannya, yaitu:
“Bila kalian melihat seorang lelaki yang biasa ke masjid maka saksikanlah bahwa dia orang beriman.”
Syaikh Dr. Abdulah bin Hamud Al Farih berpendapat bahwa, “Bila hadits ini dicermati dan dikaji isnadnya dan tingkat dhabth (keakurasian/ketelitian dalam meriwayatkan) dari para perawinya, kita akan dapati ini adalah hadits dha’if.” Hal ini karena di dalam isnadnya ada Darraj.
2. Contoh Kedua
Selain contoh yang pertama, contoh Hadits Dhaif kedua adalah hadist yang diriwayatkan oleh Umar bin Rasyid dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah. Berikut ini contoh hadits-nya beserta penjelasan, yaitu:
“Barangsiapa yang sholat 6 rakaat setelah sholat maghrib dan tidak berbicara sedikit pun di antara sholat tersebut, maka baginya sebanding dengan pahala ibadah selama 12 tahun.”
Imam ahmad dan Yahya bin Main mengatakan bahwa hadits dari Umar tersebut adalah dhaif dan tidak bernilai sama sekali. Imam Bukhari juga menyatakan bahwa hadits tersebut termasuk dalam hadits munkar dengan urutan sanadnya sangat lemah.
3. Contoh Ketiga
Contoh Hadits Dhaif lainnya diriwayatkan oleh Juraisy an-Nahdy dari seorang laki-laki Bani Sulaim. Hadist Dhaif tersebut, yaitu:
“Puasa itu setengahnya kesabaran dan kesucian itu setengahnya iman.”
Di dalam kitab Tahdzibut Tahdzib, Imam Ibnul Maidi menyatakan bahwa sanad hadits ini dhaif karena Juraisy Bin Kulaib merupakan seorang majhul atau tidak dikenal.
Hukum Mengenai Meriwayatkan Hadits Dhaif
Bagaimana hukum untuk meriwayatkan Hadits Dhaif? Menurut para ahli hadits, jenis hadits-hadits Dhaif boleh diriwayatkan, tetapi harus mempermudah sanad-sanadnya tanpa terdapat penjelasan tentang kedhaifannya.
Hadits-hadits Dhaif boleh diriwayatkan dalam keadaan tertentu, yaitu:
- Peringatan-peringatan
- Targhib atau dorongan untuk melakukan amal shaleh
- Tarhib atau ancaman-ancaman
- Kisah-kisah dan sejenisnya
Terdapat beberapa ulama yang mempermudah ketika dalam melakukan riwayat Hadist Dha’if yaitu Abdurrahman bin Mahdi, Sufyan Ats-Tsauri, Ahmad bin Hanbal, dan ulama-ulama lainnya.
Hukum Mengenai Mengamalkan Hadits Dhaif
Bagaimana hukumnya ketika seseorang mengamalkan Hadits Dhaif? Berdasarkan pendapat beberapa ulama, pengamalan Hadits Dhaif diperbolehkan dengan memenuhi tiga buah syarat. Berikut ini syarat yang harus dipenuhi ketika akan mengamalkan Hadits Dhaif, yaitu:
- Hadits yang dimaksud tidak boleh keterlaluan dha’ifnya atau syadid ad-dha’f.
- Hadits yang dimaksud harus masuk ke dalam cakupan pokok yang dapat diamalkan.
- Ketika mengamalkan hadits tersebut tidak diyakini kepastiannya dari Rasulullah.
Buku Mengenai Hadits Dhaif
Buku-buku tentang ajaran agama Islam sangat beragam dan mudah ditemui secara langsung ketika mengunjungi toko buku atau online shop. Anda pun dapat menemukan berbagai buku tentang Hadis Dhaif.
Apa saja buku yang membahas tentang Hadits Dhaif? Berikut ini beberapa buku yang dapat dibaca untuk memahami lebih dalam tentang Hadits Dhaif, yaitu:
1. Buku atau Kitab Penjelas Hadits Dhaif
Beberapa buku atau kitab tentang penjelasan-penjelasan berbagai Hadits Dhaif, yaitu:
- Adh-Dhu’afa’ karya Ibnu Hibban
- Mizanul I’tidal karya Adz-Dzahabi
2. Buku atau Kitab Berisi Hadits Dhaif
Beberapa buku atau kitab yang berisi berbagai Hadits Dhaif, yaitu:
- Al-Marasil karya Abu Daud
- Al-‘Ilal karya Ad-Daruquthni
Contoh Hadits Dhaif atau hadits lemah dapat dipelajari lebih dalam agar memahami pengertian dari hadits tersebut. Anda bisa memahami Hadits Dhaif dari berbagai sumber belajar, misalnya internet, buku, kitab, dan berbagai sumber lainnya.
Beli podium minimalis dari Podiumminimalis.com. Kami merupakan anak perusahaan Jaya Madani yang fokus pada sektor produk podium dan mimbar minimalis. Klik disini untuk konsultasi dengan admin kami sekarang juga.