Contoh hadits ahad atau yang lebih dikenal dengan khabar ahad merupakan sebuah perkataan Nabi yang tidak mencapai derajat mutawatir. Jumlahnya bisa lebih banyak dibanding yang lainnya.
Apabila belum memahami tentang pengertian maupun jenisnya, maka menyimak pembahasan di bawah ini adalah pilihan yang sangat tepat. Mengetahui khabar ahad penting dilakukan agar bisa menentukan apakah sebuah perkataan Nabi bisa digunakan sebagai dasar beramal maupun aqidah?
Pengertian Hadits Ahad
Pertama-tama akan dijelaskan apa itu khabar ahad secara lebih lengkap. Secara bahasa artinya adalah satu. Lebih tepatnya berita atau pengucapakan yang hanya disampaikan oleh satu orang saja.
Beli podium minimalis dari Jaya Madani. Dibuat secara handcrafting, memiliki presisi tinggi dan stainless steel.
Secara istilah yang dikemukakan oleh Syaikh Manna Al Qathan adalah hadits yang tidak bisa mengumpulkan syarat-syarat mutawatir.
Kata lainnya adalah tidak memenuhi syarat mutawatir. Ajjaj Al Khatib memberikan penjelasan bahwa sebuah hadits jika ditinjau dari segi perawinya dibagi menjadi tiga macam yaitu Ahad, Masyhur dan Mutawatir.
Dapat ditarik benang merah bahwa hadits atau khabar ahad merupakan sebuah berita yang hanya diriwayatkan oleh satu orang perawi saja dan tidak mencapai jumlah untuk dikatakan Masyhur maupun Mutawatir.
Lalu, bagaimana derajat hukum khabar ahad ini? Anda akan mendapatkan jawabannya pada pembahasan selanjutnya.
Bagaimana Derajat Hukum dari Hadits Ahad?
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa derajat hukum contoh hadits ahad tidaklah sama dengan masyhur maupun mutawatir yang wajib diamalkan dan diterima dalam kehidupan sehari-hari. Khabar ahad berbeda, derajat hukumnya memberikan faedah berupa ilmu nazhari.
Pengertian dari ilmu nazhari adalah ilmu yang agar bisa didapatkan harus membutuhkan penelitian dan pengambilan dalil. Dalam artian sebuah khabar ahad harus diteliti terlebih dahulu kebenarannya melalui referensi dalil lain sehingga bisa dikatakan shahih, dhaif, maupun hasan.
Hadits Ahad Dibagi Menjadi Berapa Bagian?
Khabar Ahad dibagi menjadi tiga bagian. Simak beberapa poin di bawah ini untuk mendapatkan jawaban lengkapnya:
1. Hadits Masyhur
Secara ilmu, hadits masyhur merupakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih. Dalam artian dalam setiap sanad sekurang-kurangnya harus ada tiga orang perawi, namun tidak sampai pada tingkat mutawatir.
Ibnu Hajar juga memberikan definisi lain tentang hadits masyhur ini yaitu hadits yang memiliki jalan terbatas. Lebih dari dua yang meriwayatkan namun tidak sampai pada derajat mutawatir. Sampai sini bisa dipahami, kan?
2. Hadits Aziz
Kedua adalah hadits aziz yang mana perawinya tidak boleh kurang dari dua orang dalam setiap tingkatan sanad. Boleh juga lebih seperti tiga atau empat orang namun ada syaratnya yaitu salah satu dari tingkatan sanad harus ada perawi yang terdiri dari dua orang.
Inilah yang membedakan antara hadits masyhur dengan hadits aziz. Memang terkesan membingungkan namun jika dipahami lebih baik antara keduanya sangat jauh berbeda.
3. Hadits Gharib
Jenis dan contoh hadits Ahad yang ketiga adalah hadits gharib yang mana diriwayatkan oleh seorang perawi baik pada tingkatan sanad maupun sebagian saja. Bahkan, beberapa perawinya mungkin hanya ada satu tingkatan sanad saja.
Contoh Hadits Ahad
Setelah memahami pengertian dan jenisnya, tidak lengkap rasanya jika Anda tidak melihat contohnya secara langsung.
1. Contoh Hadits Aziz
Berikut adalah contoh hadits aziz yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim, dari hadits dari Anas bin Malik dan Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda bahwasanya:
لَا يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ، حتَّى أكُونَ أحَبَّ إلَيْهِ مِن والِدِهِ ووَلَدِهِ والنَّاسِ أجْمَعِينَ
Hadits di atas hanya diriwayatkan oleh Anas bin Malik dan Abu Hurairah. Tidak ada keterangan yang menjelaskan bahwa ada jalur lain selain keduanya di tingkatan sanad ini. Oleh karena itu, dinamakan hadits aziz seperti halnya pengertian yang sudah dijelaskan di atas. Sampai sini bisa dipahami, kan?
Arti dari hadits di atas intinya adalah tidak bisa dikatakan beriman jika cinta kepada ayah, anak dan seluruh umat manusia lebih besar dibanding cinta dengan Nabi Muhammad.
2. Contoh Hadits Masyhur
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Hadits masyhur ini tercatat sudah diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr yang mana pada seluruh tingkatan atau thabaqatnya sudah ada tiga orang rawi atau lebih sebagaimana dirinci dalam setiap sanad.
Hadits ini berbicara tentang tidaklah Allah mencabut ilmu seorang hamba melainkan dengan cara wafatnya para ulama’. Apabila tidak ada satu ulama’ pun yang tersisa, maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang yang awam.
Jadi ketika ditanya apakah mereka berfatwa tanpa ilmu, maka semuanya saling sesat dan menyesatkan. Hadits ini masyhur dan mungkin beberapa dari Anda sudah pernah mendengar atau menemukannya.
3. Contoh Hadits Gharib
Contoh hadits gharib adalah salah satu yang berkaitan dengan niat dan diriwayatkan oleh Umar Bin Khaththab.
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Hadits ini menurut Dr. Mahmud Thahan diriwayatkan oleh Umar bin Khattab seorang diri. Hal ini terus berlanjut dalam kesendiriannya hingga akhir sanad, sehingga dikatakan hadits gharib.
Hadits di atas menjelaskan tentang semua perbuatan tergantung dari niatnya yang mana setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan yang diniatkan tersebut. Contohnya apabila sebuah perbuatan diniatkan untuk keduniawian maka itulah yang akan didapatkannya.
Berbeda lagi ketika diniatkan untuk Allah dan agar mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad, maka Allah akan menilai demikian. Namun, sekali lagi hadits ini adalah ahad dengan jenis gharib.
Jadi itu dia beberapa penjelasan lengkap tentang contoh hadits ahad. Sekarang Anda tidak bingung lagi kan membedakannya dengan masyhur maupun mutawatir? Pelajari lagi jenis hadits lainnya untuk menambah pengetahuan.
Beli podium minimalis dari Podiumminimalis.com. Kami merupakan anak perusahaan Jaya Madani yang fokus pada sektor produk podium dan mimbar minimalis. Klik disini untuk konsultasi dengan admin kami sekarang juga.